Monday, February 28, 2011

Leaving inside the box

Kadang kala saya merasa hidup ngga sewajarnya. Kadang kala saya merasa hidup ini aneh. Kadang kala saya merasa hidup saya nggak banget. Kadang kala saya merasa ngapain saya ada di dunia? Kadang kala saya merasa hampa tanpa pernak-pernik yang mempercantik kehidupan saya. Kadang kala saya merasa tak guna hanya berdiam diri tanpa tindakan apapun.

Tapi, di sisi lain, saya nggak tahu harus ngapain buat memperindah kehidupan buruk rupa saya ini. Saya juga nggak ngerti, sebetulnya yang disebut hidup itu gimana? Apakah harus mengikuti semua aturan yang berlaku di sekitar saya? Apakah aturan-aturan itu bisa saya buat dan pilih sendiri? Atau, apakah saya dilarang untuk mengikuti satu aturan pun dan terpaksa berdiam diri mematung tanpa hasil apapun?

Kadang saya merasa hidup itu nggak adil. Tapi, bukan berarti saya menyalahkan Tuhan. I believe in my God. Masalahnya adalah, kenapa saya hidup tapi merasa nggak hidup?

Hidup, hidup, hidup!

Apa artinya hidup kalau nggak bisa ngapa-ngapain. Terkekang dengan dunia orang lain. Terbelenggu dengan impian-impian nggak wajar yang nyaris menghilangkan akal sehat yang sialnya nggak tahu cara menyalurkannya.
Publish Post

Hal-hal inilah yang saya rasakan akhir-akhir ini. Entah mengapa, tiba-tiba saya menginginkan pengakuan. Pengakuan tentang hidup saya yang nggak penting ini. Saya pengin ada diantara yang ada. Bukan seperti selama ini, menjadi bayang-bayang kehidupan orang lain. Ada, setia, tapi tak bisa berdiri sendiri.

Mungkin Anda pikir saya sedang melantur. Tapi, sebenarnya saya sedang mengutarakan apa yang tidak bisa saya utarakan secara lisan.
Maaf kalau tulisan saya ini sudah mengganggu Anda.